BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Keperawatan merupakan salah satu profesi yang sangat dekat
dengan pasien dirumah sakit. Segala sesuatu yang berkaitan dengan kondisi
pasien lebih banyak terkait dengan perawatan. Saat ini masyarakat sudah sangat
kritis menanggapi semua permasalahan yang terkait dengan dirinya ataupun
keluarga dirumah sakit. Untuk melindungi tenaga kesehatan khususnya perawat,
sangat dibutuhkan dokumentasi yang tepat dan akurat.
Sejarah proses dokumentasi asuhan keperawatan
ini sudah dimulai dari jaman Florence Nightingale, dimana beliau mencatat semua
tindakan yang dilakukan pada sebuah file. Seiring dengan berkembangnya waktu,
metoda pendokumentasianpun semakin berkembang. Pendokumentasian asuhan
keperawatan menggunakan komputer sudah mulai dilakukan sejak tahun 1900an akan
tetapi membutuhkan banyak persiapan. Menurut Wurshter et,al(2012), salah satu
kunci keberhasilan penerapan pendokumentasian dengan sistem komputerisasi
adalah sumber daya manusia yang mampu dalam teknik informatika dan resistensi
staff terhadap perubahan. Kondisi sumber daya manusia disamping pembiayaan yang
cukup tinggi merupakan salah satu yang membuat sistem ini diIndonesia belum
diterapkan secara menyeluruh.
Saat ini rumah sakit dituntut untuk memberikan pelayanan yang
berkualitas dan bermutu. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri
Kesehatan RI No. 983/SK/XI/1992 rumah sakit umum memberikan pelayanan kesehatan
yang bermutu dan terjangkau oleh masyarakat dalam rangka meningkatkan kesehatan
masyarakat, sedangkan untuk rumah sakit khusus memberikan pelayanan sesuai
dengan kekhususannya. Pelayanan yang diberikan oleh rumah sakit meliputi
pelayanan medik, rehabilitasi medik dan pelayanan asuhan keperawatan. Pelayanan
tersebut dilaksanakan melalui unit gawat darurat, rawat jalan dan rawat inap.
Kompleksnya pelayanan yang harus diberikan oleh perawat, maka sistem
pendoumentasian dengan komputer sangatlah tepat untuk diterapkan.
Permasalahan bagi
perawat dalam mendokumentasikan asuhan keperawatan yang dilakukan adalah
keterbatasan waktu untuk melaksanakan dokumentasi tersebut. Bates (Nanda,
2009), dokumentasi yang dilakukan pada format kertas merupak catatan yang
naratif, panjang dan memerlukan waktu dalam penulisan. Marrelli.T.M didalam
Yuda.K.E (2008) juga berpendapat, dokumentasi keperawatan yang terkomputerisasi
dapat menurunkan waktu yang terbuang untuk tugas administratif yang berulang,
sehingga memungkinkan perawat profesional untuk menghabiskan waktunya lebih
lama untuk merawat pasien. Disamping itu catatan yang terkomputerisasi
memungkinkan data tersimpan lebih baik.
B.
Tujuan Penulisan
Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan
makalah ini yaitu untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Dokumentasi Keperawatan
dengan mengangkat tentang penyakit ‘Teknik Dokumentasi Keperawatan Charting By
Exception (CBE) “
Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penulisan
makalah ini yaitu untuk mengetahui pengertian teknik dokumentasi.
C. Manfaat Penulisan
Mahasiswa mengetahui konsep dari Teknik Dokumentasi Keperawatan Charting By Exception
(CBE)
D. Metode Penulisan
Dalam penulisan makalah ini untuk memperoleh
referensi kelompok menggunakan sistem metode kepustakaan dengan membaca,
memahami, mempelajari buku-buku referensi yang terkait dalam teknik
dokumentasi
keperawatan
charting
by exception
(CBE).
E. Ruang Lingkup Penulisan
Ruang lingkup penulisan makalah ini adalah hanya membahas tentang tehnik
dokumentasi keperawatan charting by exception (CBE).
F. Sistematika Penulisan
Bab 1 : Latar Belakang, Tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode
penulisan, ruang lingkup penulisan, sistematika penulisan
Bab 2 : pengertian umum tentang dokumetasi keperawatan, pengertian
tentang charting by exception, pedoman dan komponen penulisan, keuntungan dan
kerugian pencatatan charting by exception, aspek-aspek penunjang
Bab 3 : kesimpulan, saran, daftar pustaka
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A.
Pengertian Umum
tentang Dokumentasi Keperawatan
Menurut Tungpalan
(1983) mengatakan bahwa dokumen adalah suatu catatan yang dapat dibuktikan atau
dijadikan bukti dalam persoalan hukun. Sedangkan pendokumentasian adalah pekerjaan
mencatat atau merekam peristiwa dan objek maupun aktifitas pemberian jasa
(pelayanan) yang dianggap berharga dan penting.
Menurut Fisbach (1991)
mengatakan dokumentasi adalah suatu catatan yang dapat dibuktikan atau
dijadikan bukti dari segala macam tuntutan, yang berisi data lengkap, nyata dan
tercatat bukan hanya tentang tingkat kesakitan dari pasien, tetapi juga jenis,
tipe, kualitas dan kuantitas pelayanan kesehatan dalam rangka memenuhi
kebutuhan pasien.
B.
Pengertian tentang Charting By Exception
Kata charting
by exception (CBE) menyatakan bahwa hanya temuan yang signifikan
atau normal atau pengecualian terhadap norma yang distandardisasi, dan harus
ditulis di catatan naratif dalam metode ini. Sistem CBE harus jelas dan
spesifik mendefinisikan pengecualian secara adekuat. CBE dapat digunakan untuk
pendokumentasian yang lebih efisien. Dalam upaya untuk memisahkan temuan yang
tidak normal dari temuan yang normal untuk pengkajian perawat dapat merujuk
kepada standar rumah sakit. Seluruh pengkajian dan intervensi dimulai setelah
semua parameter tersebut dilengkapi, untuk seseuatu hal yang tidak dapat
dipergunakan.
Charting
by exception adalah sistem dokumentasi yang hanya mencatat secara naratif dari
hasil atau penemuan yang menyimpan dari keadaan normal atau standar. Keuntungan
CBE yaitu mengurangi penggunaan waktu untuk mencatat sehingga banyak waktu yang
digunakan untuk asuhan langsung pada klien.
C.
Pedoman / Komponen Penulisan
Pedoman
Penulisan CBE
1. Data dasar dicatat untuk setiap klien dan disimpan
sebagai catatan yang permanen
2. Daftar diagnosa keperawatan disusun dan ditulis pada
waktu masuk rumah sakit dan menyediakan daftar isi untuk semua diagnosa
keperawatan
3. Ringkasan pulang ditulis untuk setiap diagnosa
keperawatan pada saat klien pulang
4. SOAPIER digunakan sebagai catatan respon klien terhadap
intervensi melalui tempat tinggal klien
5. Data diagnosa keperawatan dan perencanaan dpat
dikembangkan
6. Kartu KARDEX dan rencana tindakan dikembangkan setiap
klien
CBE mengintegrasikan
dua komponen kunci yaitu :
1. Flowsheet yang berupa kesimpulan penemuan yang penting
dan menjabarkan indiktor pengkajian dan termasuk instruksi dokter/perawat,
grafik, catatan pendidikan dan pencatatan pemulangan klien.
2. Dokumentasi dilakukan berdasarkan standar praktik
keperawatan, sehingga mengurangi pencatatan tentang hal rutin secara berulang
kali. Oleh karena itu standar harus cukup spesifik dan menguraikan praktik
keperawatan yang sebenarnya serta harus dilakukan oleh perawat di bangsal,
walaupun ada juga standar khusus yang disusun sesuai unit masing-masing.
Contoh :
Standar terkait dengan keberhasilan, misalnya pola
kebersihan meliputi: “Perawat harus memastikan bahwa sprai klien telah diganti
tiga hari sekali atau jika diperlukan.”Kemudian diberi tanda (V)
atau ceklis pada kotak standar
rutin yang terdapat dalam catatan grafik.
Contoh model dokumentasi CBE
Tuan Y (50 tahun)
datang ke RSUD Banyudono . Masuk dengan keluhan utamanya nyeri dada sebelah
kiri sesak selama 1 hari dan dirasakan menyebar ke punggung kanan, terasa sesak
jika bernafas. Pasien pernah mengalami hipertensi sejak setahun yang lalu. Pergerakan
dada sedikit mengembang, perkusi terdengar suara sonor, pada auskultasi suara
nafas vesikuler, terdapat luka tusukan iv cath pada tanagn kiri. ECG :
Kesimpulan : PJK Old Myocard infact anteroceptal. Hail blood gas : PH 7,322;
PCO2 31,3; PO2 75,3; HCO3 15,8; BE -10,2;
Kalium 4,2; Natrium 142. S : Klien mengatakan sesak. O : Nadi 100x/mnt. Hasil
toraks foto CTR 51%. Hasil Echo: EF 51%.
Penurunan kardiak output, kegagalan jantung dalam pompa mekanik. S: Klien mengatakan
kakinya tidak bengkak saat ini, intake cairan 3gls/hari O : Tidak terdapat
oedem pada ekstremitas, natrium 142, kalium 4,62, produksi urine cukupan.
Resiko terjadinya gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit (excess).
Peningkatan SVR di jaringan perifer.pengembalian cairan ke jantung menurun.
Diagnosa resiko terjadinya penurunan kardiak output berhubungan dengan
kegagalan jantung dalam melakukan pemompaan.
Dx
1: Resiko terjadinya penurunan kardiak output berhubungan dengan kegagalan
jantung dalam melakukan pemompaan. intervensi : a) Jelaskan pada klien tentang
pentingnya istirahat jika dada terasa berat atau sesak atau pusing. b) Anjurkan
pada pasien untuk istirahat dalam posisi setengah duduk. c) Kolaborasi dalam
pemberian obat digitalis. d) Observasi keadaan umum pasien, TTV dan keluhan
pasien. Implementasi : a) Menjelaskan pada klien bahwa istirahat jika terasa
sesak akan mengurangi kerja jantung yang berlebihan. b) Menata bantal tinggi
agar klien dapat istirahat setengah duduk. c) Memberikan obat pagi 1 tablet
ISDN 5mg. d) Mengamati keadaan umum pasien, menghitung frekuwensi pernafasan,
mengukur tekanan darah. Evaluasi : S : Paien tidak merasa nyeri. O : Pasien
tidak pucat, nadi 96x/mnt, tensi 130/90 mmHg, respirasi 20x/mnt. A: Masalah
keperawatan tidak terjadi. P: Rencana keperawatan dihentikan.
Dx 2 : Resiko gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
berhubungan dengan kegagalan jantung dalam melakukan pemompaan. intervensi : a)
Jelaskan pada klien tentang pentingnya pembatasan minum dan diet rendah garam.
b) Berikan diet. c) Kolaborasi dalam pemberian diuretika: furosemid. d)
Observasi keadaan umum, TTV, keluhan dan oedem. Implementasi : a) Menjelaskan
kepada klien dan keluarga agar minum sesuai dengan instruksi dokter dan
mengurangi makanan yang asin. b) Menyajikan makanan dan menganjurkan klien
untuk menghabiskan makanan yang telah disediakan. c) Memberikan obat furosemid
1 tablet pada pagi hari sesudah makan. d) Melihat keadaan umum klien, mengukur
tensi, nadi dan suhu, menanyakan keluhan klien. Evaluasi : S : Pasien mengatakan
pagi sudah kencing. O : Tidak ada oedem. A : Masalah keperawatan tidak terjadi.
P : Rencana keperawatan dihentikan
D.
Keuntungan dan Kerugian Pencatatan CBE
KEUNTUNGAN
1.
Data terbaru tersedia di samping tempat
tidur. Informasi siap untuk diakses oleh pemberi perawatan kesehatan yang
berinteraksi dengan pasien di unit keperawatan
2.
Lembar alur menghilangkan kebutuhan akan
lembar kerja atau kertas coretan lain untuk mencatat informasi tentang pasien.
Data segera dicatat pada catatan permanen
3.
Panduan pada bagian belakang format
menjadi referensi yang mudah didapat, yang sangat berguna bagi perawat yang
baru mengenal sistem ini
4.
Kecenderungan status pasien mudah
dilihat dari lembar alur. Informasi pengkajian diatur berdasarkan sistem tubuh
dan mudah untuk dicari
5.
Hasil yang normal diidentifikasi dengan
tepat sehingga terdapat kesepakatan tentang apa yang disebut pengkajian normal
6.
Banyak menghilangkan catatan naratif
berulang tentang perawatan rutin. Referensi terhadap standar praktik dapat
menyingkirkan pencatatan naratif informasi
7.
Waktu untuk mencatat menurun. Burke dan
Murphy (1988) menemukan bahwa waktu pendokumentasian menurun 23% dengan
penghematan biaya sebesar $380,591
8.
CBE mudah diadaptasikan pada
pendokumentasian jalur klinis. Short (1997) melaporkan bahwa studi pilot
menggunakan CBE dan alur klinis menghasilkan penurunan waktu untuk mencatat
sebesar 67% dan penurunan waktu yang dihabiskan pada setiap operan dinas.
Dengan menggunakan CBE dan alur klinis secara bersamaan, berbagai hal tentang pasien
dapat dipantau dan perubahan dalam praktik dapat diimplementasikan dengan segera.
KERUGIAN
Berikut ini adalah kerugian dan masalah
yang berkaitan dengan sistem CBE :
1. Duplikasi pencatatan terjadi pada
sistem CBE; misalnya, diagnosis keperwatan yang dipertahanan pada daftar
masalah tertulis juga dalam rencana perawatan. Pada contoh lain ,hasil yang
abnormal atau signifikan dijabarkan dalam lembar alur instruksi perawat/dokter.
Jika hasil ini memerlukan intervensi perawat, maka catatan SOAP harus ditulis.
Bagian subjektif dan objektif dalam catatan SOAP mengulang informasi yang
ditulis dalam lembar alur. Akhirnya, pengkajian dan perencanaan catatan SOAP
bisa sama dengan rencana perawatan. Mengurangi pleonasme dapat dilakukan dengan
mendokumentasikan catatan perkembangan pada lembar alur keperawatan/ instruksi
dokter di samping tempat tidur. Walaupun begitu, cara ini akan menghambat
penggunaan catatan perkembangan yang terintegrasi (karena hal ini jarang
ditemukan disamping tempat tidur).
2. Sistem
CBE dibentuk di fasilitas yang semua perawatnya adalah RN. Unsur pengkajian
fisik perlu ditinjau berdasarkan lingkup praktik LPN. Beberapa fasilitas yang
mengimplemenasikan sistem CBE yang tidak semua perawatnya RN telah mengubah
sistem pemberian asuhan keperawatannya sedemikian rupa dengan mengakomodasikan
tanggung jawab RN untuk pengkajian. Meskipun LPN bisa ditugaskan untuk merawat
pasien, RN tetap harus menyelesaikan pengkajian fisik dalam 8 atau 24 jam
sekali.
3. Mengimplementasi
lengkap dari sistem ini memerlukan perubahan besar dalam siste pendokumentasian
organisasi. Tidak seperti sistem yang telah dijelaskan sebelumnya, seperti
pencatatan Fokus atau PIE, sistem CBE memerlukan perubahan format pada berbagai
alat dokumetasi.
4. Upaya
pendidikan utama diperlukan ketika mengimplemetasikan sistem CBE. Perawat di
St. Luke’s mengalami kesulitan untuk
belajar mendokumentasikan hanya hasil yang abnormal pada lembar alur
keperawatan atau instruksi dokter da kesulitan dalam menaati standar praktik.
Menurut Burke dan Murphy, beberapa masalah ini telah melibatkan lembaga perawat
yang tidak mengenal sistem pencatatan.
5. Sistem
CBE berdampak pada masalah penggantian biaya sampai sistem ini lebih luas
diterima. Salah satu organisasi peninjauan sejawat (peer review organization,
PRO) di Pennsylvania mengeluarkan pernyataan bahwa membedakan antara kejadian
yang tidak didokumentasikan dengan kejadian yang tidak terjadi merupakan hal
yang tidak mungkin. Lebih jauh lagi, mereka juga menyatakan bahwa tidak
didokumentasikannya aktifitas rutin selama peninjauan oleh PRO dapat berarti
kegagalan melakukan tindakan, yang akan dicatat sebagai defisiensi dokumentasi
( KPRO,1994). Tinjauan ini di anggap sebagai upaya perubahan yang dilakukan
untuk mendidik para peninjauan tentang CBE dan sistemnya agar lebih diterima di
perusahaan peggantian biaya kesehatan
6. Dasar
hukum sistem CBE masih terus di perdebatan meskipun pengacara St. Luke’s telah
meninjau sistem dan menyetujui kepatuhan sistem terhadap prinsip-prinsip legal,
namun hakim dan juri tetap akan mengeluarkan peraturan tentang faliditas
dokumentasi untuk setiap kasus. Tammelleo ( 1994) melaporkan tentang sebuah
kasus penggugat yang menderita radang cakram setelah menjalani pembedahan,
penerima $600.000 berdasarkan fakta bahwa “pencacatan yang intermiten gagal
memberi tanda bahaya secara kontinu yang membutukan intervensi dini dari
dokter” . sistem CBE tidak mendefinisikan kasus ini dengan cukup jelas,
walaupun standar menggambarkannya dengan cukup jelas untuk kelangsungan
pemberian perawatan. Kasus ini menggambarkan tentang 3 hal :
1.
Standar untuk pengkajian keperawatan dan
intervensi harus didefinisikan dengan jelas
2.
Kebijakan dan prosedur untuk CBE harus
diikuti secara jelas
3.
Tidak ada sistem dokumentasi yang akan
melindungi professional kesehatan dari pengadilan yang buruk
E.
Aspek-aspek penunjang
1. Lembar alur, yang berisi kesimpulan atau penjabaran
terhadap indikator pengkajian dan temuan klinis, instruksi dokter/ perawat,
catatan pendidikan dan catatan pemulangan.
2. Dokumentasi dilakukan berdasarkan standar praktik
keperawtan. Oleh karena itu, standart harus spresifik dan menguraikan dengan
jelas praktik keperawatan yang harus dilakukan.
3. Biasanya ditempatkan di ujung tempat tidur klien sehingga
pencatatan dapat dengan mudah dilakukan. Data yang ditulis pada pencatatan ini
tidak perlu dipindahkan ke dalam pencatatan yang lebih permanen.
BAB
III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Charting by exception adalah sistem dokumentasi yang
hanya mencatat secara naratif dari hasil atau penemun yang menyimpang dari
keaadaan normal atau standar. Keuntungan CBE yaitu mengurangi penggunaan waktu
yang di gunakan untuk asuhan langsung pada klien. Dimana keuntungan CBE.
a. Data yang tidak normal nampak jelas
b. Data yang tidak normal secara mudah ditandai dan dipahami
c. Menghemat waktu karena catatan rtin dan observasi tidak
perlu dituliskan
Model
dokumentasi ini dapat di gunakan diruang ICU dan di bangsal karena di catat
mulai dari data dasar yang biasanya di kaji di ruang ICU dan sampai evaluasi
yang merupakan perkembangan keadaan pasien mulai dari masuk rumah sakit sampai pulang.
B. Saran
1.
Mahasiswa
Agar mahasiswa lebih mendalami mata ajar dokumentasi
keperawatan Charting By Exception (CBE)
2.
Institusi
CBE di gunakan sebagai asuhan langsung pada klien. Di mana CBE yang hanya
mencatat penemuan yang menyimpang dari keadaan normal atau hal standar. Hal ini
lah yang dapat menjadi pedoman khususnya kita sebagai tenaga kesehatan.
Mba/mas ini sumbernya dari mana ya? Fast respond dong hehe buat materi debat soalnya
BalasHapusMba/mas ini sumbernya dari mana ya? Fast respond dong hehe buat materi debat soalnya
BalasHapussumber harusnya lebih jelas
BalasHapusMbk/mas kasus nya ngk ada apa
BalasHapus